29 Sya'ban 1433 H
Sebagai request dari seorang sahabat.
Amma Ba'du..
sebelumnya disini saya mencoba untuk sekedar mengingatkan tentang menghormati perbedaan yang terjadi hampir setiap tahun, terutama untuk penetapan bulan baru ramadhan maupun syawal.
Sungguh bukan porsi saya untuk
menjelaskan metode2 hisab,rukyat
maupun sisi sains, karena bukan
menjadi minat saya dan bukan posisi saya untuk menyalahkan golongan2 tertentu..
Hadits Rasulullah SAW, seinget saya
ajah, yg kira2 berbunyi begini:
"jika kalian melihat bulan (Rukhyatul Hilal), berpuasalah,, jika kalian melihat Bulan baru tampak, maka berbukalah"
lantas bagaimana jika tidak tampak
karena tertutup awan/hujan? "maka
hitunglah (hisab) menurut perhitunganmu"
Menurut hadits diatas, mana yang
prioritas? RUKHYAH !!, kenapa? karena sudah jelas ketika muncul bulan baru, pasti yah jelas ganti bulan dong,, karena ketika kita memperhitungkan (hisab) ditakutkan/dikhawatirkan perhitungannya meleset, wong namanya juga perkiraan.. sekalipun dengan hitungan penggenapan hari, misalnya dengan tahun Masehi, dalam satu tahun terdapat "kurang lebih" 365 1/4 hari.. kenapa harus ada seperempat, karena dalam empat tahun sekali ada yg namanya tahun kabisat, jadi setahun = 366 hari,
apakah benar yang ditambah harus
bulan Februari menjadi 29 hari ??
menurut yg pernah saya baca itu juga termasu akal2an orang jaman dulu ajah, ketika dinamakan tahun Syamsiyah (matahari) apakah benar tanggal 1 januari munculnya "Matahari baru" ?? TIDAK,, banyak sumber menyebutkan matahari muncul itu pada tiap tanggal 25 Desember, yah pada saat NATAL, Natalnya Matahari atau Kelahiran
Matahari Baru, Sun of God atau Son of God, SUNday ... >> Mr. Jesus = Sun of God? ??
ok, menurut statement di atas dan apa yg pernah saya baca,dibandingkan dengan tahun syamsiyah yg 365 1/4 hari, kemungkinan juga terjadi pada penghitungan kalender Qomariyah (Hijriyah), oleh karena itu kita juga tahu bahwa, ada kemungkinan untuk bulan qomariyah itu bisa terdapat 29 hari ATAU 30 hari..
Jadi, apabila hilal (bulan sabit) tidak
terlihat (gagal terlihat), maka bulan digenapkan (isti'mal) menjadi 30 hari. Memang yang agak bikin kita gemes & ga srantanan yaitu pas ntar malem (19-07-12) yg menurut perhitungan hisab adalah 29 Sya'ban, habis maghrib belum ada pengumuman dari Pemerintah masalah penetapan awal ramadhan bahkan sampe Isya' juga belum ada koar2 dari masjid, lantas gimana ntar tarawihnya jadi nggak.. :)
Harap maklum, karena mungkin ketika Hilal masih belum terlihat di Jakarta (markasnya pemerintah), yg
bersangkutan perlu juga meminta pertimbangan di daerah2 lainnya mungkin ada yg terlihat ditempat lain yg mana bisa juga dijadikan acuan pengganti, karena yg gituan juga butuh waktu, maka kita makmum harus mengerti, istilah arabnya saling tafahum-lah :)
Dan sebagaimana yg kita ketahui atau mungkin ada juga yg baru nyadar, kita umat muslim memulai perhitungan hari ketika Matahari terbenam (Maghrib), bukan kaya orang Kafir yang jam 12.am gitu pergantian harinya,, jadi penentuan Awal Bulan Hijriah baru adalah saat maghrib, waktu maghrib kita masuki ramadhan kita tarawih, saat maghrib pula kita berbuka,,
kesimpulannya hari2 ramadhan itu didahuluin (awal hari) dengan sholat tarawih diakhiri dengan kita berpuasa sampai akhir hari (maghrib).
soo, kapan2 kalo mau ngerayain Tahun Baru 1 Muharram, ntar pas denger adzan maghrib, buruan nyalain mercon, 'itu seh nek ga pengen dipisuhin wong sak kampung',,(guyon.red)
Lantas bagaimana dengan ilmu modern ttg astronomi, bisakah kita
bergantung pada perhitungan (perjalanan) bulan mengiteri bumi sebagai acuan penetapan awal bulan.. Sepertinya Astronomi itu masuk dari bagian Hisab atau biasa disebut Ilmu Falak
Dalil Hisab;
"DIAlah yang menjadikan Matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkanNYA tempat-tempat bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan Haqq. DIA menjelaskan tanda2 (kebesaranNYA) kepada orang2 yang mengetahui" (QS.Yunus:5)
Insya Allah, keduanya (Rukyat dan
Hisab) sama2 memiliki dalil yang kuat.
Dan kita sebagai rakyat awam.metode manakah yang harus kita ikuti ??
Allah Menjawab;
"Hai orang2 yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah Ia kepada Allah (AlQuran) dan Rasulnya (Hadits), jika kamu benar2 beriman kepada Allah dan Hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya " (QS.An-Nisaa':59)
Taati Allah, insya Allah kita sudah mentaati Allah dg niat menjalankan puasa (point 1,terpenuhi)
Taati Rasul, kita mentaati rasul dg menjadikan anjurannya sebagai pedoman untuk menentukan awal puasa (point 2, terpenuhi)
Ulil Amri (minkum), mentaati Ulil Amri.. siapakah sebenarnya Ulil Amri tersebut ??
Karena sistem negara yang berlaku di sini, maka di wajibkan untuk kita ta'at pada pemimpin (baca pemerintah.red)
Pemimpin yang berkomitmen untuk selalu mengembalikan segala urusan yg diperselisihkan kepada Allah dan Rasul.. Maka apabila mereka telah bersepakat atas hukum, maka wajib ditaati dengan syarat bahwa mereka dari golongan kita (mukminin), dan keputusan mereka tidak menyalahi aturan Allah dan perintah Rasulullah.
Namun Allah SWT juga berpesan dalam mencari pemimpin:
"Janganlah kamu mentaati orang2 yang mendustakan (Ayat2 Allah )" QS.Al-Qalam:8) & "Janganlah kamu mentaati orang2 kafir" (QS.AlFurqan:52)
maka jangan pilih pemimpin non-muslim >>> (jokowi-AHOK) [kampanye terselubung, hihihi :]
Dan ada suatu pepatah, yang sering dianggap sebagian adalah Hadits dari Rasulullah, berbunyi "PERBEDAAN di antara umatku adalah RAHMAT",,
"Hadits" dianggap palsu oleh berbagai Ahli Hadits, karena hakikatnya perbedaan seringnya berujung dg sisi kejahatan,pertikaian, permusuhan dll, yang juga bertentangan oleh hadits2 shahih lainnya..semisal "Sesungguhnya bercerai-berainya Kalian itu adalah dari Syetan " dll
Namun andaikata Perbedaan itu memang benar adalah Rahmat,mungkin ada maksud lain, yaitu keanekaragaman dalam beribadah.
Nabi Muhammad SAW,mencontohkan sholat dengan berbagai macam cara, semisal dimulai dari Takbir Sunnah Mengangkat tangan (sebagian hadits berkata mengangkat telapak tangan hinggal jempol tangan menyentuh bahu, sebagian hadits berkata jemari menyentuh telinga),
Atau Sholat Shubuh dg doa Qunut (yang sebagian Hadits berkata melihat Rasul melakukan Qunut, sebagian hadits lainnya mengatakan bahwa rasul tidak melakukanya) dan banyak yang lainnya. padahal Rasul bersabda :
"Sholatlah (tatacara/gerakan) sebagaimana Aku sholat",
jika rasulullah memberi banyak perbedaan dan kita tetap saling menyalah2kan, padahal kesemuanya berdasarkan pada tuntunan rasul, lantas apa mau bilang Rasulullah Muhammad SAW, adalah seorang yang PLIN PLAN ?? Naudzubillah
itulah (insya Allah) yang dimaksud dengan Perbedaan itu Rahmat,karena dengan perbedaan dapat memberi kita keleluasaan dalam beribadah SELAMA SESUAI dengan tuntunan Rasul..
Hormati Perbedaan dan Mulailah belajar ISLAM, agar ibadah kita selalu terhindar dari BID'AH, ibadah yang tanpa tuntunan itu.
Sekarang anda mau mengikuti Pemerintah atau Muhammadiyah atau NU atau PERSIS atau Nasqbandiyah dkk,, selama mereka adalah Orang2 yang berpegang teguh pada kedua NASH dan berilmu, mereka boleh dan wajib diikuti..
Akhiru Kalam, Kesempurnaan Hanya Milik Allah, kebodohan dan keCerobohan itu milik saya pribadi.
Wassalam dan selamat menunggu
sidang Ishbat :)
Marhabban Yaa Ramadhan 1433 H
0 komentar:
Posting Komentar